Kamis, 02 Desember 2010

10 Ikan Purba yang Masih Hidup Sampai Saat Ini

Ternyata tidak semua mahluk hidup dari jaman purba punah. Buktinya masih ada beberapa mahluk purba yang tercatat masih hidup hingga sekarang.
Nah berikut ini adalah beberapa ikan pra sejarah alias purba yang masih hidup sampai sekarang.

1. Hagfish
Menurut catatan fosil, hag telah ada selama lebih dari 300 juta tahun, yang berarti mereka sudah tua ketika dinosaurus mengambil alih dunia! Ditemukan di dalam perairan, binatang ini kadang-kadang disebut belut lendir, tetapi sebenarnya mereka bukan familia belut, dan bahkan mereka mungkin bukan ikan sama sekali.

Menurut beberapa ilmuwan, mereka adalah hewan yang sangat aneh dalam semua hal, mereka memiliki tengkorak tetapi tidak memiliki tulang belakang, dan mereka memiliki dua otak.

Hampir buta, mereka makan di malam hari pada bangkai hewan besar (ikan, paus dll) yang jatuh ke dasar laut . Mereka menggunakan lendir mereka yang dapat menghasilkan zat Slimey untuk merusak insang ikan predator; dari situlah, mereka hampir tidak memiliki musuh alami.

2. Lancetfish
Lancetfish atau Ikan pisau (dalam bhs Indonesua) memiliki penampilan jelas “sangat prasejarah”, gigi di rahang dan layar di punggungnya yang sangat tajam, mengingatkan kepada beberapa dinosaurus (walaupun, di lancetfish layar ini benar-benar sebuah sirip punggung diperbesar) .

Bahkan nama ilmiahnya terdengar dinosaurian (Alepisaurus ferox). Dengan panjang yang mencapai dua meter (6 ‘6 “), predator ini dapat ditemukan di semua samudra kecuali di daerah kutub; sangat rakus, mereka memakan ikan kecil dan cumi-cumi, mereka kadang-kadang juga memakan sesama komunitasnya.

3. Arowana
Menurut kelompok kuno Osteoglossids, ikan ini sudah ada pada periode Jurassic. Saat ini, mereka bisa ditemukan di Amazon, dan di beberapa bagian Afrika, Asia dan Australia.

Kadang-kadang disimpan sebagai hewan peliharaan eksotis, arowana adalah predator rakus yang memakan binatang kecil yang dapat mereka tangkap, termasuk burung dan kelelawar yang mereka tangkap dalam penerbangan pertengahan (mereka bisa melompat hingga 2 meter (6 ‘6 “) ke udara) .

Di Cina, arowana terkenal sebagai “Ikan Naga” karena penampilan mereka, dan mereka dianggap Pembawa keberuntungan/Nasib Baik.

4. Frilled Shark
Ini ada Predator laut dalam, salah satu hiu hidup yang paling primitif hiu hidup saat ini, Mereka adalah peninggalan dari periode Cretaceous, ketika dinosaurus menguasai Bumi.

Jarang terlihat dalam keadaan hidup, dan hanya baru-baru ini difilmkan untuk pertama kali, hiu berjumbai ini dapat tumbuh hingga 2 meter (6 ‘6 “) (dengan betina yang lebih besar dari jantan) dan mereka tinggal di perairan dalam, sebagian besar makanan mereka adalah cumi-cumi.

Mereka tidak berbahaya bagi manusia, dan faktanya mengungkapkan, Hiu ini menghabiskan seluruh hidup mereka tanpa melihat manusia. Hanya saat mati atau sekarat spesimen ini dapat terlihat dan dicatat oleh nelayan atau ilmuwan.

5. Sturgeon
Ikan ini sudah ada di awal zaman Jurassic, sturgeon sudah dikenal sebagai salah satu sumber utama kaviar (yang terbuat dari telur atau telur massa); karena penangkapan yang berlebihan, ikan lapis baja nan megah ini sangat terancam populasinya saat ini.

Spesies sturgeon terbesar dapat tumbuh hingga 6 meter (19 ‘7 “) , sama besar dengan hiu putih besar yang paling, mereka memberi makan pada binatang kecil dari dasar laut dan tidak menimbulkan bahaya bagi manusia, kecuali diprovokasi (meskipun mereka begitu besar, mereka tidak mengancam manusia, malah diburu dan disakiti, dan bahkan dibunuh oleh orang-orang yg tidak bertanggung Jawab!)

6. Arapaima
Mereka adalah kerabat dekat untuk arwana (lihat # 8), Arapaima Amazon terkadang dianggap sebagai ikan air tawar terbesar di dunia. Menurut deskripsi awal, mereka bisa tumbuh sampai dengan 4,5 meter (14 ‘8 “) panjangnya, tetapi saat ini, ikan besar seperti ini jarang ditemukan dan paling arapaima dewasa yang rata-rata panjangnya 2 meter (6′ 6″).

Predator yang bergerak lamban ini memangsa ikan-ikan kecil, krustasea dan semua hewan kecil yang bisa masuk dalam mulut mereka. Satu yang menarik dari ikan ini adalah bahwa mereka perlu bernafas ke udara, seperti cetacea, agar bertahan hidup.

Arapaima tidak menimbulkan bahaya bagi manusia dan mereka sering diburu untuk daging mereka, sayangnya, mereka sangat langka saat ini. Arapaima yang muncul dalam periode Miosen, memiliki banyak keluarga tua, Osteoglossidae, dan karena itu asal-usulnya dapat ditelusuri kembali ke usia dinosaurus.

7. Sawfish
Hewan ini adalah korban dari periode Cretaceous, dan dapat ditemukan baik di laut atau di sungai dan anak sungai, dan telah ditemukan hingga 100 km pedalaman.

Dengan panjang Hingga 7 meter (23 ‘), “Gergaji” mereka merupakan senjata dan organ sensorik, ditutupi pada elektro-sensitif pori-pori yang memungkinkan untuk merasakan mangsa walaupun penglihatan yang amat sulit sekalipun.

Meskipun biasanya baik, ikan hiu todak bisa menjadi sangat berbahaya jika diprovokasi. Berdasarkan sebuah fosil yang luar biasa, kita tahu bahwa raksasa ikan hiu todak prasejarah ini mungkin menjadi makanan pokok untuk dinosaurus karnivora terbesar, Spinosaurus, sebagian tulang belakang dari ikan itu ditemukan terjebak di antara gigi dinosaurus itu.

8. Alligator Gar
Predator hebat bersisik tebal ini ditemukan di AS selatan, utara dan timur Meksiko, menjadi ikan air tawar terbesar di Amerika Utara (meskipun kadang-kadang mengembara ke laut). Mereka dapat tumbuh hingga 4 meter (13 ‘) panjang dan berat sampai 200 kg (£ 440).

Gars Gator demikianlah mereka dijuluki, karena penampilan mereka seperti reptil dengan rahang panjang, bersenjatakan dengan dua baris gigi tajam.

Mereka adalah predator rakus yang menyergap langsung dan telah terkenal sebagai Penggigit manusia unggul, tetapi tidak dikonfirmasi catatan yang menyebabkan kematian karena Gars Gator sampai saat ini. Gars adalah salah satu dari ikan tertua yang hidup hari ini, asal mereka dapat ditelusuri kembali ke masa Cretaceous.

9. Polypterus Senegalus
Ikan Afrika ini sering disebut belut dinosaurus, karena penampilan mereka menyerupai reptil dengan sirip punggung bergerigi, mengingatkan pada beberapa dinosaurus yang pungunggnya berduri. Tetapi mereka tidak termasuk familia belut, mereka adalah anggota Familia bichir.

Mereka sering dijual sebagai hewan peliharaan eksotis, belut dinosaurus ini sering kali keluar dari tangki ikan (Akuarium) mereka . Mereka dapat bertahan keluar dari air untuk jangka waktu yang lama selama kulit mereka tetap basah, yang memungkinkan mereka untuk mengembara jauh dari tangki (Akuarium) mereka.

10. Coelacanth
Coelacanth adalah yang paling terkenal dari semua “fosil hidup” dan pantas menjadi no. 1 dalam daftar ini, karena ini adalah contoh terbaik dari takson Lazarus, ini adalah hewan yang seharusnya sudah lama punah.

Ikan ini seharusnya telah punah pada periode Cretaceous, bersama dengan dinosaurus, tetapi pada tahun 1938, sebuah spesimen hidup tertangkap di Afrika Selatan. Sejak itu, diteliti lebih banyak spesimen telah dilihat dan difoto, dan spesies Coelacanth kedua bahkan ditemukan di Indonesia pada tahun 1999.

Ikan ini adalah predator besar,dengan panjang mencapai 2 meter (6 ‘6 “), mereka memakan ikan yang lebih kecil, termasuk hiu kecil, dan biasanya ditemukan di dalam, perairan gelap. Meskipun jarang ditangkap dan dikonsumsi karena rasanya yang mengerikan, raja ikan laut ini sangat terancam populasinya.

ref:http://listverse.wordpress.com

Ada Udang di Balik Antartika Ada Udang di Balik Antartika


 Sesuatu yang unik dan barus saja di ketahui, udang ini nyata hidup di bawah es antartika pada kedalaman 180 meter! Penemuan ini menantang anggapan umum tentang kemampuan bertahan dari organisme kompleks, yakni organisme yang lebih dari sekadar bakteri atau berbentuk sel tunggal saja.

Para ilmuwan menemukan fauna dari keluarga udang-udangan dan juga ubur-ubur yang bertahan hidup di bawah lapisan tebal es di Antartika, yang mana tadinya disangka tak mungkin ada binatang yang bisa bertahan di tempat seperti itu.

Di bawah lapisan es setebal 600 kaki, atau kira-kira 180 meter, dan tanpa sinar matahari, tadinya para ilmuwan berasumsi hanya mikroba yang bisa bertahan hidup.

Betapa terkejutnya tim NASA ketika mereka menurunkan kamera untuk menelusuri perairan di bawah lapisan es Antartika. Seekor hewan seperti udang berenang mendekat lalu hinggap di kabel kamera. Para ilmuwan juga menemukan bekas tentakel yang diduga berasal dari sejenis ubur-ubur.
“Tadinya kami berasumsi tak ada (hewan) apa pun di bawah sana,” kata ilmuwan NASA Robert Bindschadler, yang mempresentasikan temuan ini berikut rekaman videonya, Rabu (17/3/2010) di pertemuan Persatuan Geofisika Amerika.

Binatang itu panjangnya 3 inchi dan sempat disorot selama dua menit. “Persis udang yang biasa kita makan,” kelakar Bindschadler. Tepatnya hewan ini adalah Lyssianasid amphipod, bukan udang, tapi ada hubungannya dengan keluarga udang-udangan.

Mengapa penemuan seekor udang ini penting? Karena ini menantang pemikiran kita tentang syarat minimum bagi organisme untuk bertahan hidup. Kalau ada udang bisa bermain-main di bawah lapisan es 180 meter, bagaimana di bulan Jupiter, Europa, yang tertutup es?
Pakar mikrobiologi Cynan Ellis-Evans dari badan survei Antartika UK juga ikut tercengang oleh penemuan ini. “Ini penemuan (hewan) pertama pada lingkungan di bawah lapisan es yang merupakan organisme kompleks.”

Dia juga memaparkan bahwa sebelumnya pernah ditemukan hal serupa di daerah lapisan es yang mulai mencair, tapi belum pernah ada penemuan yang tepat di bawah lapisan es. Tapi dia juga menyatakan bahwa mungkin saja hewan itu telah berenang sangat jauh dan tersesat di sana, jadi daerah itu bukanlah habitat tetapnya.

Tapi Kim, salah seorang ilmuwan yang terlibat dalam penemuan itu meragukan dugaan ‘hewan tersasar’ itu. Lokasi penemuan itu lebih dari 19 km jauhnya dari lautan terbuka.

Bindschadler dan timnya hanya mengebor lubang berdiameter kira-kira 20 cm dan hanya mengamati perairan yang sangat kecil. Artinya, kemungkinannya sangat kecil bahwa ada dua organisme yang berenang sejauh itu lalu terperangkap di perairan sempit itu.

Memang para ilmuwan masih bingung apa sumber makanan hewan tersebut. Menurut Kim, kalau mikroba bisa memproduksi makanan sendiri dari bahan kimia di lautan, tapi hewan kompleks seperti amphipod itu tidak bisa. ref:kompas

http://www.koleksiweb.com/iptek/penemuan-udang-hidup-di-kedalaman-180-meter-es-antartika.html

Cacing Raksasa Terbesar


Aneh dan ajaib ketika melihat binatang menjijikan yang satu ini! Panjang dan besar sekali lho! Menyeramkan sekali!!

Cacing rakasasa ini disebut sebagai “Barry” mempunyai panjang sekitar 4 kaki. Cacing raksasa ini ditangkap oleh Staf British Aquarium – Inggris. Mereka menangkap cacing raksasa yang membuat takut penghuni akuarium lain. Pegawai akurium sebelumnya tidak yakin, apa yang menyebabkan koral di akuarium itu rusak. Setelah beberapa pekan tanpa petunjuk, mereka memutuskan membongkar untuk mencari petunjuk.

Pekerja menaruh umpan, jebakan yang secara misterius hancur pada malam harinya. Ternyata di akurium itu terdapat cacing tropis raksasa. Makhluk itu mengeluarkan cairan bau yang tidak sedap, dan dapat menyebabkan mati rasa pada manusia

http://www.koleksiweb.com/iptek/inilah-cacing-raksasa-terbesar-yang-menyeramkan.html

Cumi-cumi Unik Baru ditemukan di Samudra Hindia

Inilah cumi-cumi berbentuk unik yang baru ditemukan di Samudera Hindia

Para ilmuwan menemukan spesies cumi-cumi baru di Samudra Hindia. Penemuan itu dilaporkan oleh International Union for the Conservation Nature, Senin (15/11/2010). Adapun spesies tersebut termasuk dalam famili Chiroteuthid.

Spesies yang ditemukan memiliki ukuran panjang sekitar 70 cm ini memiliki organ yang mampu memancarkan cahaya untuk menakuti mangsanya. Menurut laporan IUCN, spesies tersebut ditemukan di bagian dasar laut yang terjal.

Sejauh ini, telah ditemukan 70 spesies cumi-cumi dalam ekspedisi tersebut. Semua spesies cumi-cumi itu mewakili 20 persen dari spesies cumi-cumi yang ada di dunia.

“Selama 10 hari ini, para ilmuwan bekerja dengan mikroskop untuk mengidentifikasi berbagai jenis ikan, cumi-cumi dan makhluk laut menarik lainnya,” ungkap Alex Rogers, ahli biologi kelautan dari Zoological Society of London.

Carl Gustaf Lundin, Pemimpin IUCN Global Marine Programme, mengatakan bahwa penemuan spesies baru ini tidak hanya akan memuaskan para ilmuwan yang bekerja di lapangan. “Penelitian ini juga berguna bagi pengelolaan ekosistem di Samudra Hindia dan ekosistem laut dalam secara global.”

Penemuan spesies cumi-cumi itu merupakan bagian dari ekspedisi penelitian menggunakan kapal riset yang tahun lalu mengarungi Samudra Hindia untuk mengumpulkan 7.000 sampel makhluk hidup dari kedalaman 1.200 meter.
kompas

http://www.koleksiweb.com/iptek/cumi-cumi-unik-baru-ditemukan-di-samudra-hindia.html

Piranha Raksasa Pemakan Buaya

Jeremy Wade berpose dengan piranha raksasa pemakan buaya dari Sungai Kongo, Afrika.
Piranha raksasa yang biasa dijuluki sebagai ikan harimau goliath ini merupakan satu dari ikan air tawar yang paling ditakuti di dunia. Ukurannya jauh lebih besar dari piranha biasa dan merupakan varian piranha yang hampir punah.

Pemancing dari Inggris, Jeremy Wade, berhasil mendapatkan piranha raksasa saat melakukan ekspedisi ke Sungai Kongo di Afrika. Saat berfoto, lelaki 52 tahun tersebut terlihat biasa saja sembari membopong ikan pemangsa daging yang ganas itu.

Piranha Raksasa dari Sungai Kongo itu memiliki 32 gigi seukuran gigi hiu raksasa putih. Di Afrika, ikan ini biasanya memangsa manusia, bahkan buaya. Ikan ini hanya dapat ditangkap oleh segelintir nelayan dan habitatnya memang sulit dijangkau.

“Ikan ini juga punya gigitan yang sangat kuat dan dikenal biasa memangsa apa pun yang seukuran dirinya, menyerang manusia, dan mencabik-cabik buaya,” kata Jeremy Wade. Ia membutuhkan waktu delapan hari untuk membawa ikan itu ke darat, tetapi kemudian melepaskannya lagi.

http://www.koleksiweb.com/iptek/inilah-piranha-raksasa-pemakan-buaya.html

Senin, 29 November 2010

Gadis Kamboja, Hidup Liar Belasan Tahun Di Hutan Belantara

PHNOM PENH - Penemuan di Kamboja ini menguatkan legenda Tarzan, manusia yang hidup di hutan belantara sendiri. Hebatnya lagi si Tarzan adalah seorang wanita bernama Rochom PNgieng. Rochom diketahui ditemukan setelah hilang selama 19 tahun di rimba belantara.

Kini seorang ahli psikologi asing, melakukan pemeriksaan terhadap kondisi Rochom PNgieng. Penemuan Rochom yang menghebohkan dunia membuat Hector Rifa, seorang anggota Psikolog Tanpa Batas, mau melakukan perjalanan ke Kamboja guna memeriksa kondisi psikologis gadis hutan itu.

"Tampaknya dia tak mem-punyai gejala-gejala penyakit kejiwaan," tutur Hector seperti dikutip dari AFP.

Hector yang hampir lima tahun menghabiskan wak-tunya di pedalaman Kamboja mengatakan, Rochom sehat-sehat saja, namun dia masih kaget dengan kehidupan ma-nusia yang baru pertama di-temuinya.

Ketika ditemukan 11 hari lalu, kondisi Rochom (Ro) sa-ngat memprihatinkan. Tanpa mengenakan pakaian dia bertingkah layaknya binatang. Sedangkan sejak dibawa kem-bali ke rumahnya, Ro sudah tiga kali mencoba untuk kem-bali ke hutan dan merobek-robek pakaian yang dikena-kannya. Dia juga kerap berteriak-teriak, mengeluar-kan suara seperti binatang di hutan. Namun demikian, mes-kipun susah, perlahan-lahan Ro mulai mengerti kehidupan manusia.

Tak sepatah kata pun dari mulut perempuan itu bisa di-pahami. Ia hanya duduk. Memandang ke kiri, kanan, kiri, kanan.

Perempuan itu akhir pekan lalu menggemparkan Kambo-ja. Ia disebut-sebut perem-puan rimba. Sal Lou (45 ta-hun) seorang polisi desa per-caya, ia adalah anaknya yang hilang 19 tahun lalu. Rochom PNgieng, begitu namanya, sekarang harusnya sudah berumur 27 tahun, kira-kira seumur perempuan itu.

Perempuan yang hingga kini di-percaya sebagai Rochom itu digambarkan sebagai separuh manusia, separuh binatang. Ia tak bisa berbicara menggu-nakan bahasa apa pun.

Ketika saya melihatnya, ia telanjang dan berjalan dalam posisi bungkuk ke depan seperti monyet Ia kurus sekali. Ia bergetar dan meraup nasi dari tanah untuk makan. Ma-tanya merah seperti mata harimau, ungkap Sal Lou, warga Distrik Oyadao, Propinsi Rattanakiri yang jaraknya 200 mil sebelah barat laut Pnom Penh, Ibukota Kamboja tempat wanita itu ditemukan. Rochom PNgieng sendiri raib pada 1988.

Saat hilang, Rochom yang baru berumur delapan tahun sedang menggembala kerbau di kawasan terpencil, Chea Bunthoeun. Ayahnya men-duga ia dibunuh binatang buas. Warga suku minoritas Pnong itu mengaku, ia menge-nali anaknya dari bekas luka di tangan kanannya. Yakni, luka tersayat pisau saat Rochom bermain pisau di masa kanak-kanak.

Penemuan si perempuan rimba terjadi gara-gara se-orang warga desa merasa ma-kan siang di kotak bekalnya hilang saat ia pergi di dekat tanah pertaniannya. Maka, ia pun memutuskan untuk me-ngamati kawasan sekitar dan matanya menandai sesosok tubuh telanjang, yang tampak seperti manusia hutan. Sosok itu mengendap-endap men-dekat untuk mencuri nasinya. Warga desa itu akhirnya me-nangkap si perempuan rimba pada 13 Januari lalu.

Sal Lou mengaku sulit ber-komunikasi dengan perempuan itu karena ia tak bicara bahasa Pnong, bahasa warga setempat. Jika tidak sedang tidur, ia cuma duduk dan me-mandang kiri-kanan, kiri-kanan, tutur Sal Lou. Bersama keluarganya, Sal Lou terus mengawasi perempuan itu. Sebab, ia sempat membuka baju dan bersiap lari kembali ke hu-tan. Kendati yakin, si perem-puan rimba adalah anak mere-ka yang hilang, Sal Lou dan istri tetap berniat melaksa-nakan tes DNA.

Kalaupun benar perempuan itu adalah Rochom, banyak pertanyaan masih belum bisa terjawab tentang keadaan saat ia hilang. Tampaknya, bakal sulit mendapatkan perjalanan hidupnya, mungkin juga tak akan pernah terungkap, se-lama 19 tahun hilang di rimba karena ketidakmampuannya berkomunikasi. Perempuan itu tampaknya menjadi anak liar (feral child), tumbuh tanpa berhubungan dengan bahasa dan perilaku manusia. Para pakar yang mempelajari masalah ini menyebut sekitar 100 kasus tentang anak-anak liar telah tercatat, mulai dari abad ke-14.

Dalam beberapa kasus, bina-tang buas, serigala, anjing, bahkan burung unta, disebut-sebut membantu mereka ber-tahan hidup. Tapi, para pakar juga sebagian memperingat-kan kemungkinan lain. Ba-nyak kasus diduga karangan belaka. Anak-anak seperti itu ketika ditemukan umumnya tak bisa berkomunikasi.
Rochom PNieng saat dite-mukan telanjang dan kotor. Rambutnya panjang dan su-dah menjadi gimbal pula. Bila lapar, ia hanya menggerutu dan memukul perut.

Anak liar paling terkenal di dunia mungkin Victor dari Aveyron yang ditemukan di hutan dekat Toulouse, Prancis Selatan pada 1797. Ia diduga berumur 12 tahun dan jadi bahan pelajaran para ilmu-wan. Namun, mereka gagal mengajarinya berbicara. Kisah Victor pun menginspirasi film Fancois Truffaut, LEnfant Sauvage pada 1970.

Kasus lain, dua anak perem-puan India, Amala dan Kama-la, ditemukan hidup di sarang serigala di rimba Bengali pada 1920. Mereka dipelihara seekor serigala betina bersama dengan dua anak serigala lain-nya. Mereka berumur sekitar 18 bulan dan 8 tahun, tam-paknya, bukan bersaudara. Keduanya berjalan empat kaki, menolak berpakaian dan hanya mau makan daging mentah.

Cerita-cerita seperti itu menggugah, bukan hanya karena anak-anak itu luar biasa, tapi lantaran nyambung dengan literatur dan mitologi. Legenda tentang Romulus dan Remus adalah tentang dua bersaudara yang dibesarkan serigala dan pergi menemukan Roma. Lalu, ada pula tokoh Mowgli, karya Rudyard Kipling, diasuh oleh binatang buas di rimba.

Sementara itu, Rochom PNieng yang ada di era kom-puter ini tampaknya kesulitan untuk menyesuaikan diri de-ngan masyarakat manusia. Ayahnya mengatakan, ia menolak mandi, memakai pa-kaian, dan makan dengan sumpit. Dia berusaha kembali ke hutan sekali.
Tidak mudah, tapi kehidu-pan menantinya, kata sang ayah dengan perasaan sayang.(hk) www.suaramedia.com

5 Kota yang Terletak di Tepi Tebing

1. Ronda (Spain) Terletak didaerah pegunungan di ketinggian 750 meter diatas permukaan laut. Ronda terletak di di propinsi Malaga diatas tebing curam berkedalaman 100 meter yang bernama ” El Tajo ” Kota Ini di bangun pada abad ke-18
1
2. Bonifacio (Corsica): 70 meter Diatas Laut Mediterania Bonafacio terletak di selatan pulau Corsica merupakan komunitas terpadat di pulau tersebut. Kota ini terletak di bibir tebing yg berketinggian 70 meter di atas permukaan laut yang dinamai ‘white limestone cliffs’, diterpa angin dan gelombang dari laut mediterania. Tempat ini merupakan rumah dari yacht-yacht mewah dari sluruh dunia.
2
3. Castellfolit de la Roca (Spain): 50 meter diatas Tebing Batu Yang Terjal Kota ini terletak dikelilingi oleh sungai Fluvià dan Toronel(dibawah tebing tentunya
3
4. Santorini (Greece): 300 meter diatas permukaan laut(high Paradise) Terletak di 200 km sebelah selatan dari pulau utama di yunani, pulau ini terbentuk akibat letusan gunung api. Pemandangan malam hari dari kota ini sangat spektakuler.
4
5. Manarola (Italy): Kota yang Paling Berbahaya Di Itali Kota ini sangat menyeramkan karna terletak di tebing yang curam dan terjal. kota ini telah dibangun sejak jaman romawi kuno
manarola2.tif
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2112277

Tips jika Anda terluka di hutan atau gunung

Ada sedikit tips nih buat kamu jika mengalami kecelakaan misalnya terluka di gunung. Mungkin bagi para pecita alam atau mapala hal ini bukan hal baru lagi dan mereka sudah siap dan memiliki bekal pengetahuan tentang itu, so info ini buat mereka yang belum punya gambaran dan dasar pengetahuan semoga bermanfaat.

Jika anda terluka di hutan atau gunung, perkirakan berapa lama seseorang dari rombongan/tim SAR akan datang membantu anda. Jika anda pergi sendiri perkirakan berapa lama pendaki lain akan melintasi daerah anda/sekitar anda. Hal ini untuk mengambil keputusan apakah anda harus berpindah tempat, atau berdiam diri menunggu bantuan tiba.

Sebisa mungkin anda meminimalisir efek luka anda misalnya pendarahan, patah tulang, atau cidera pada kaki (keseleo) dsb. Jika mengalami patah tulang kaki atau keseleo sangat tidak menguntungkan jika anda memaksakan diri untuk terus bergerak (berjalan). Lebih gawat jika mengalami patah tulang (dengan tulang mencuat keluar atau patah tulang terbuka) jangan coba-coba mengembalikan sendiri keposisi semula jika anda tidak pernah mendapatkan pelatihan tersebut, yang bis dilakukan misalnya menghentikan/mengurangi pendarahan.

Jika dengan keadaan luka tersebit anda tidak mungkin bergerak cobalah dengan memberikan sinyal misalnya memantulkan siar matahari dengan cermin ke batu atau pesawat/dinding gunung, membuat api dan menciptakan asap untuk memberi tanda ! atau dengan membunyikan peluit sebagai sinyal agar orang lain atau regu penolong menemukan anda. Selama anda tidak panik dan bisa mengatasi ligkungan anda masih memiliki harapan utuk selamat !

Semoga bermanfaat !
sumber;contohlaporan.blogspot.com

Ikan Hantu dari Palung Sedalam 7 Km


Spesies baru snailfish, jenis ikan laut dalam yang bergerak lambat seperti siput, berhasil terekam dengan kamera bawah air. Tubuhnya yang berwarna putih seluruhnya, ikan tersebut bak hantu saat ditemukan sedang berenang di kegelapan samudra pada kedalaman 7 km di palung laut perairan Peru-Cile, Samudra Pasifik bagian tenggara.

"Hal yang menggoda adalah kita punya foto yang sangat jelas dari spesies itu," kata Monty Priede, Direktur Oceanlab di Universitas Aberdeen, Skotlandia. "Tidak seorang pun yang pernah melihat ini sebelumnya, dan itu tak pernah ditangkap kamera sebelumnya."

Snailfish merupakan jenis vertebrata atau hewan bertulang belakang yang hidup di perairan paling dalam. Penemuan teranyar ini menguatkan bukti bahwa banyak hewan laut dalam yang tahan terhadap kondisi ekstrem seperti suhu rendah dan tekanan tinggi. Rekor snailfish yang paling dalam ditemukan adalah pada palung di perairan Jepang yang direkam pada tahun 2008 di kedalaman 7,7 km.

Hidup begitu jauh di bawah air, spesies yang berukuran panjang 15 cm itu mampu menahan tekanan tinggi yang setara dengan 1.600 gajah yang berdiri di atas minicooper. "Pada level molekuler dan detail biokimianya, spesies tersebut sangat adaptif dengan lingkungannya yang bertekanan tinggi," ucap Priede, menerangkan kemampuan spesies tersebut untuk bertahan di kedalaman laut.

Ikan tersebut merupakan salah satu spesies baru yang ditemukan dalam ekspedisi hasil kerja sama antara Oceanlab Universitas Aberdeen Skotlandia, National Institute of Water and Atmospheric (NIWA) Selandia Baru, dan Universitas Tokyo Jepang baru-baru ini. Selama tiga minggu ekspedisi, tim peneliti berhasil menangkap 6.000 gambar di palung berkedalaman 4.500 hingga 8.000 meter. Selain menemukan spesies tersebut, para peneliti juga menemukan sejumlah besar amphipod, cusk eel (sejenis belut), dan crustacea (udang-udangan) pemakan bangkai.

sumber : kompas

Jamur Unik Yang Bisa Menyala dalam Gelap

 
Orang yang tidak tahu mungkin awalnya bakal mengira sebagai hantu saat melihatnya. Jamur tertentu, yang tentu saja hidup di tempat-tempat yang lembab, dapat berpendar dalam kegelapan.Beberapa jenis jamur yang tumbuh di hutan tropis Taman Wisata Nasional Lembah Ribeira, dekat Sao Pulo, Brazil memendarkan cahaya saat sekitarnya gelap. Jamur-jamur tersebut memiliki kemampuan bioluminescent karena reaksi kimia di tubuhnya menghasilkan cahaya berwarna hijau. Jamur-jamur yang ditemukan di Brazil itu termasuk dalam genus Mycena. Di seluruh dunia terdapat sekitar 500 jenis jamur yang masuk ke dalam genus ini, tapi hanya 33 persen yang memiliki kemampuan bioluminescent. Ada lebih dari 10 jenis jamur bioluminescent yang baru ditemukan di Brazil sejak 2002, empat di antaranya merupakan spesies yang belum diketahui sebelumnya. Temuan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan Cassius Stevani, profesor kimia dari Universitas Sao Paulo, Dennis Desjardin, profesor ilmu jamur dari Universitas Negeri San Fransisco California, dan Marina Capelari dari Institut Botani Brazil.
 
"Penemuan ini telah menambah jumlah jamur berpendar, yang diketahui sejak 1970-an, menjadi 30 persen lebih banyak," ujar Stevani. Jamur-jamur tersebut memiliki kemampuan bioluminescent karena reaksi kimia di tubuhnya menghasilkan cahaya berwarna hijau. Jamur-jamur yang ditemukan di Brazil itu termasuk dalam genus Mycena. Di seluruh dunia terdapat sekitar 500 jenis jamur yang masuk ke dalam genus ini, tapi hanya 33 persen yang memiliki kemampuan bioluminescent. Ada lebih dari 10 jenis jamur bioluminescent yang baru ditemukan di Brazil sejak 2002, empat di antaranya merupakan spesies yang belum diketahui sebelumnya.

Alasan dari fenomena bioluminescent jamur masih belum dijelaskan secara ilmiah, namun menurut teori, diyakini sebagai respon terhadap kebutuhan untuk hidup: untuk bercahaya, menarik serangga yang membantu spores bubar di lingkungan dimana pemencaran oleh angin sangat terbatas.
Jamur Luminescent, hanya tumbuh di hutan dengan banyak pohon, di mana terdapat sangat sedikit manusia.Fenomena luminescent jamur yang terjadi antara Mei hingga akhir Juli hutan di pulau Mesameyama di Ugui di Prefektur Wakayama, namun salinan telah ditemukan di wilayah pantai selatan dari semenanjung Kii di Kyushu dan daerah lain. Ada jenis lainnya bioluminescent jamur yang tumbuh di hutan selatan Brazil (Jack-o-Lantern Mushroom), mampu melemparkan cahaya sepanjang hari.

Patagonia surganya para Adventurer !

Patagonia adalah wilayah geografis yang terdiri dari bagian paling selatan Amerika Selatan. Patagonia terletak di Argentina dan Chili. Nama Patagonia berasal dari kata patagón[1] yang digunakan oleh Magellan untuk mendeskripsikan penduduk asli yang diduga oleh ekspedisinya sebagai raksasa. Kini dipercaya bahwa Patagon adalah suku Tehuelche dengan rata-rata tinggi 1.80 m (~5'11") dibandingkan dengan rata-rata tinggi orang Spanyol saat itu, 1.55 m (~5'1").[2]

Rock Climbing
 A rock climber using the freestyle technique called bouldering takes on a sheer rock wall in Argentine Patagonia's Paso Superior. Patagonia's thousands of breathtaking Andean peaks attract mountaineers from novice to world class.

Kayaking
 Kayakers negotiate a massive iceberg calved by the glacier that feeds Lago Grey in Chile's Torres del Paine National Park. This spectacularly picturesque park is a designated World Biosphere Reserve located in far southwestern Chile.

Cero Torre
 A hiker climbs a rocky slope at the base of the jagged Cerro Torre Massif in the Patagonia region of southern Argentina. The sheer granite peak, so treacherous it was thought to be "unclimbable" until a team summitted it in 2005, rises more than 4,000 feet (1,219 meters) from the glacier at its base.

Torres del Paine
 A woman guides her horse through a wind-blown valley in Chilean Patagonia as the jagged, snow-clad towers of the Torres del Paine rise in the background. The rugged Paine range was formed when plateaus of granite were thrust upward by tectonic collisions, then carved away by ancient retreating glaciers.

Mountain Climber
 A mountain climber ascends the playfully nicknamed Fickle Finger of Fate summit, a rime-covered, spire-shaped peak in Chilean Patagonia's Cordillera Sarmiento.

Skier
 A skier glides past a fractured section of ice and snow in the Cordillera Sarmiento of Patagonia, Chile. This area is the highest point in the South American ice cap, a series of interconnected Andean glaciers that cover more than 5,000 square miles (13,000 square kilometers).

Garibaldi Fjord and Glacier
 Tourists board Zodiac boats to explore Chilean Tierra del Fuego's Garibaldi Fjord. The fjord was cut by the retreating Garibaldi Glacier, a towering wall of ice descending from the Darwin Range.

Cave
 A cautious caver descends a heavily eroded limestone wall on Madre de Dios Island in Chilean Patagonia. The island, located off the cold, wet coast of southern Chile, is made up of coral limestone laid down near the Equator some 300 million years ago and later thrust to the surface by tectonic forces.

Torres del Paine National Park
 Sunset casts a rosy glow over granite peaks encircling a glacial lake in Torres del Paine National Park, Chile. Chile's prized jewel, the 598,000-acre (242,000-hectare) national park is a mosaic of landforms including soaring mountains, golden pampas, and grinding ice fields.

At the southern tip of South America, the region of Patagonia includes parts of Argentina and Chile.

Moreno Glacier
 Moreno Glacier rises above Lake Argentino as a rugged wall three miles (4.8 kilometers) wide and almost 200 feet (60 meters) tall. One of 47 massive ice fields in Argentine Patagonia's Glaciers National Park, this grinding, groaning force of nature covers a hundred square miles (260 square kilometers).

Andes Mountain Glacier
The snowy peaks of the Andes spawn thousands of gushing streams and waterfalls in Patagonia. From majestic mountains to trembling volcanoes, Patagonia remains the unspoiled frontier of South America.

Sengatan Kalajengking Cegah Komplikasi Bedah Jantung


Racun yang terdapat dalam sengatan kalajengking spesies Centruroides yang disebut bark scorpion berpotensi menjadi obat untuk mencegah komplikasi pada bedah bypass jantung untuk pembuluh darah yang tersumbat.

Tujuan bedah bypass jantung adalah untuk mengalirkan cukup aliran darah ke otot jantung sehingga gangguan jantung bisa teratasi. Dokter bedah akan mencangkokkan pembuluh darah yang diambil dari bagian tubuh lain pada pembuluh koroner di jantung.

Namun seringkali terjadi komplikasi, yakni di dalam sel pembuluh darah yang dicangkokkan tersebut tumbuh sel-sel baru sehingga sirkulasi darah jadi terhambat. Selain itu pembuluh darah yang dicangkokkan itu juga terancam lepas dari rekatannya.

Para ahli telah mencoba berbagai jenis zat kimia dan menemukan bisa dari kalajengking paling efektif untuk mencegah pertumbuhan sel yang bisa mengganggu proses pencangkokan.

Kalajengking yang diteliti adalah jenis bark scorpion yang biasanya ditemukan di daerah Amerika Tengah. Ukuran kalajengking ini kecil, namun ia sangat gesit dan bergerak cepat. Bisa bark scorpion tidak bisa membunuh manusia namun sengatannya menimbulkan rasa sakit dan menyebabkan kulit membengkak.

Profesor David Beech dari University of Leeds, yang memimpin riset ini mengatakan, bisa bark scorpion tidak akan digunakan sebagai obat suntikan, obat telan atau hirupan, namun sebagai obat semprot di pembuluh darah yang akan dicangkokkan ke jantung.

Sementara itu, Kalajengking Brasil memberikan informasi penting kepada para ilmuwan dari North Carolina State University (NCSU) dan East Carolina University (ECU) tentang dampak racun yang pada bagian sel-sel tertentunya bisa melepaskan komponen penting.

Temuan itu bisa berguna untuk memahami penyakit seperti pankreatitis atau dalam perawatan obat bertarget. Kesamaan dari sengatan kalajengking dan pankreatitis adalah peradangan di pankreas.Dr Paul Fletcher, mikrobiolog di ECU, percaya bahwa racun kalajengking bisa digunakan untuk mengetahui bagaimana pankreatitis terjadi dengan melihat proses sel mana yang terpengaruh pada permulaan sakitnya.

Fletcher pertama-tama menunjukkan sistem produksi protein dalam pankreas yang diyakini menjadi target racun kalajengking Brasil lalu menghubungi Dr Keith Weninger, fisikawan NCSU, yang telah melakukan studi tentang sistem protein tadi. "Sistem proteinnya memiliki penekanan khusus pada dua bagian tubuh, pankreas dan sistem saraf. Pada pankreas, prosesnya terkait dengan pelepasan protein lewat sel membran," ucap IVeninger.

Pankreas bertugas melepas dua jenis protein dengan memakai sel yang berbeda, enzim pencernaan yang akan menuju usus kecil dan insulin serta turunannya yang menyebar lewat aliran darah. Mekanisme pelepasan seperti itu penting bagi seluruh sel di tubuh kita. Sel menggerakkan komponen ke dalam dan ke luar lewat mekanisme gelembung fusi. Gelembung itu bergerak melewati sel dan bertautan dengan membran eksterior agar protein bisa keluar masuk tanpa mengganggu isi sel yang lain.

Protein yang membantu dalam proses tadi dikenal sebagai vesicle associated membrane protein (VAMP). Weninger memberikan Fletcher dua protein VAMP pada pankreas, VAMP2 dan VAMPS. Mereka direkayasa untuk memindahkan lautan membran agar lebih mudah dipakai untuk eksperimen di luar sel dan jaringan.

sumber : suaramedia